Minggu, 20 November 2011

Register Suara


Apakah Register Itu?

Register dan registrasi merupakan dua istilah yang seringkali membingungkan serta sering tertukar dalam pengaplikasiannya. Alasan utama dari terjadinya masalah ini adalah karena kata “register” digunakan untuk menggambarkan banyak hal, diantaranya:
1.   Suatu bagian dari wilayah suara;
2.   Suatu daerah resonansi;
3.   Sebuah proses fonasi;
4.   Suatu timbre (warna nada) tertentu; dan
5.   Suatu wilayah suara yang didefinisikan atau dibatasi oleh pecahnya suara tersebut.

Register berasal dari fungsi laryngeal. Kata ini dipakai untuk menggambarkan kemampuan suara dalam menghasilkan beberapa pola getaran tertentu yang berbeda. Setiap pola getaran ini muncul dalam sebuah wilayah tertentu dari nada, serta memproduksi karakter bunyi tertentu pula. Dari pernyataan ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa setiap register memiliki tiga elemen pokok, yaitu:
▪     Sebuah pola getaran tertentu pada pita suara;
▪     Sebuah rangkaian pitch tertentu;
▪     Sebuah jenis suara tertentu.

Ketiga elemen diataslah yang membentuk suatu dasar bagi definisi yang dapat digunakan dalam menggambarkan kata register, yaitu:
  
Sebuah register dalam suara manusia merupakan sebuah rangkaian nada tertentu yang diproduksi dengan cara yang sama (melalui pola getaran yang sama pada pita suara), serta memiliki kualitas dasar yang sama.


Berapakah Jumlah Register Pada Suara Manusia?

Beberapa penulis buku tentang teknik vokal memiliki pendapat yang berbeda dalam menentukan jumlah register ini, angka yang didapat berkisar dari satu hingga tujuh.

Keragaman jumlah ini berasal dari beragamnya pendapat mengenai penggunaan istilah, seperti halnya: “register dada” atau “register kepala”. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, register berasal dari fungsi laryngeal, maka sangatlah tidak tepat jika kita membicarakan register yang dihasilkan di dalam dada atau kepala.

Sensasi getaran yang dirasakan pada daerah-daerah ini merupakan gejala sensasi dan tidak dapat digambarkan dalam istilah yang berhubungan dengan resonansi atau register. Istilah “suara dada” dan “suara kepala” lebih tepat digambarkan sebagai sensasi resonansi.

Banyak dari masalah-masalah vokal yang oleh kebanyakan orang diidentifikasi sebagai masalah register sebenarnya hanyalah masalah pada pengaturan resonansi. Hal inilah menyebabkan munculnya keberagaman jenis register.

Register suara berasal dari pola-pola vibrasi yang berbeda yang diproduksi oleh pita suara. Penelitian telah membuktikan bahwa pita suara mampu memproduksi sedikitnya empat buah bentuk vibrasi yang berbeda, walaupun tidak semua orang mampu melakukan hal ini.

Bentuk pertama dari getaran ini dikenal sebagai suara normal atau suara alami, nama lain untuk suara ini adalah “modal voice” (suara modal). Jenis suara ini paling banyak digunakan dan merupakan jenis suara yang paling banyak disarankan untuk digunakan. Modal voice mengacu pada pengaturan atau aksi alami dari pita suara. Jenis getaran lainnya adalah vocal fry, falsetto dan whistle (peluit).

Keempat register ini memiliki bentuk vibrasinya masing-masing, memiliki wilayah pitch (walaupun ada beberapa yang saling tumpang-tindih), dan memiliki karakter suara masing-masing. Jika disusun berdasarkan tingkat ketinggian nada yang dihasilkan, maka vocal fry merupakan register terendah, kemudian modal voice, disusul oleh falsetto dan akhirnya whistle.

Register Vocal Fry

Meskipun karakter suara vokal fry telah dikenal sejak dulu, namun baru belakangan ini register tersebut menempati tempat yang terpisah dari register modal voice. Register ini memiliki nama lain seperti: Glottal fry, glottal rattle, atau glotal scrape, sedang di Jerman register ini dikenal dengan sebutan Strohbass.

Untuk menghasilkan suara pada register ini dibutuhkan celah glottis yang renggang sehingga udara dapat dengan mudah menembus celah tersebut, dengan cara meletup atau berderak dengan frekuensi suara yang sangat rendah. Vocal fry memiliki pitch yang rendah hingga 36.4 hertz (D1), dan dalam register ini suara lebih mudah dihasilkan jika menggunakan huruf hidup [a] dibandingkan dengan [i] atau [u]. Beberapa ahli beranggapan bahwa penggunaan vocal fry dalam berbicara merupakan suatu dysphonia (gangguan vokal), sementara ahli lainnya beranggapan bahwa vocal fry hanya dianggap sebagai dysphonia jika digunakan secara berlebihan.

Pada kenyataannya register vocal fry digunakan secara luas dalam menyanyi. Register ini banyak digunakan oleh para penyanyi bass dalam format-format kelompok vokal seperti Gospel Quartet atau Stamps-Baxter. Hal yang sama juga terjadi pada suara penyanyi bass pada karya-karya paduan suara Rusia. Beberapa dari penyanyi bas Rusia dapat memiliki wilayah nada dari F2 (87 Hz) hingga nada E1 (41 Hz) dibawahnya, dan bahkan hingga nada D1 (36,7 Hz). Suara jenis ini lebih mendekati karakter suara bas pada sebuah organ.

Kegunaan utama dari register vocal fry dalam menyanyi adalah untuk menghasilkan pitch-pitch yang memiliki frekuesi sangat rendah, yang tidak terdapat didalam register modal voice. Register ini tidak dimaksudkan sebagai suatu cara menghasilkan bunyi yang eksklusif, dan tidak disarankan untuk mengaplikasikan cara bernyanyi pada register ini dalam register modal voice. Penggunaan vocal fry yang berlebihan dapat membatasi pengembangan register modal voice ke wilayah diatasnya sehingga dapat mengakibatkan penyanyi bass kehilangan nada-nada tingginya pada register modal voice.

Vocal fry dapat digunakan sebagai terapi bagi siswa-siswa yang memiliki masalah dalam menghasilkan nada-nada rendah. Para penyanyi kerap kali kehilangan nada-nada rendahnya atau tidak pernah dapat menghasilkan nada-nada tersebut dikarenakan adanya ketegangan yang berlebihan pada oto-otot larynx dan mekanisme penunjang nafasnya. Dengan menirukan suara vocal fry, maka penyanyi yang bersangkutan dapat menghilangkan ketegangan pada otot-otot larynx serta mekanisme penunjang nafasnya.

Penyanyi yang telah mempelajari bagaimana menghasilkan vocal fry akan mengalami peningkatan pada nada-nada rendahnya. Dimulai dengan menghasilkan suara bernada rendah yang kemudian “diseret” keatas menuju nada terendah pada register modal voicenya. William Vennard mengatakan, “Suara yang ‘bergemeretak’ baik untuk nada-nada rendah, ia membangun bagian terendah dari wilayah nada. Suara seperti ini khusunya bermanfaat bagi suara-suara rendah”. Wanita tidak disarankan untuk menyanyi dalam register vocal fry (kecuali dalam beberapa gaya tertentu atau pada lagu-lagu rakyat), namun wanita juga memiliki kemampuan untuk melakukannya dan terkadang juga digunakan sebagai terapi.

Kesimpulan:

Vocal fry merupakan register phonasional yang paling rendah, mencakup wilayah frekuensi nada dibawah register normal atau register modal. Register ini memiliki karakter suara yang bergemeretak atau berderak yang tidak dimiliki oleh semua warna suara. Kegunaan utamanya adalah untuk menghasilkan nada-nada yang sangat rendah, yang tidak terdapat dalam modal voice. Vocal fry juga digunakan sebagai terapi untuk meningkatkan nada-nada dibagian bawah register modal. Penggunaan yang berlebihan pada register ini dapat menyebabkan masalah pada suara.


Register Modal Voice

Modal Voice merupakan register normal untuk menyanyi ataupun berbicara. Beberapa penyanyi yang menggunakan teknik falsetto dalam menyanyi menyatakan keberatannya terhadap pernyataan ini, karena pernyataan ini secara tidak langsung telah mengganggap bahwa menyanyi dengan menggunakan teknik falsetto merupakan suatu cara menyanyi yang tidak normal. Keberatan tersebut tidak mengubah kenyataan dasarnya. Sangat jarang kita mendengarkan seseorang berbicara dengan cara falsetto, kecuali dalam tujuan komikal, kenyataannya hal tersebut diklasifikasikan sebagai sebuah dysphonia fungsional.

Pertanyaan yang sering terlontar pada pembahasan tentang register modal voice adalah: apa yang terjadi jika seseorang menyanyikan nada-nada dalam register modalnya hingga mencapai nada tertingginya? Frekuensi vibrasi pada pita suara ditentukan oleh panjang, ketegangan dan massa dari pita suara yang bersangkutan. Pada saat pitch menanjak naik, pita suara akan memanjang, ketegangannya bertambah dan tepinya akan menipis. Dengan kata lain, ketiga faktor diatas selalu berfluktuasi sewaktu seseorang melakukan transisi nada, dari pitch terendah hingga pitch tertingginya.

Jika seorang penyanyi menahan salah satu atau beberapa faktor diatas sehingga menjadi konstan, serta “ikut campur” dalam tingkat perubahan yang terjadi, maka fungsi larynxnya akan cendrung untuk menjadi statis dan seringkali mengakibatkan terjadinya suara pecah yang disertai dengan perubahan kualitas suara. Suara pecah ini sering diidentifikasi sebagai batas register atau daerah transisi diantara dua buah register. Pada kenyataannya hal ini hanyalah sebuah problem sederhana pada suara yang terjadi karena statisnya pengaturan dalam larynx yang tidak mengijinkan terjadinya perubahan didalamnya.

Pada pitch-pitch rendah, pita suara akan menjadi lebih tebal dan berbentuk seperti pasak (baji). Disebabkan ketebalannya ini, maka permukaan yang lebih besar pada bagian bawah pita suara turut bergetar di dalam aktifitas ini, sedangkan glottis tetap tertutup untuk waktu yang lama dalam setiap putarannya. Glottis akan membuka pertama kali dari bagian bawah baru kemudian pada bagian atasnya. Gerakan membuka pada glottis akan menghasilkan sebuah gerakan halus yang menyerupai gerak gelombang pada pita suara. Gerakan menggelombang ini menyebabkan register modal voice memiliki sebuah spektrum harmonik yang luas, serta kaya akan overtones. Modal voice secara komparatif dianggap memiliki volume yang lebih kuat dari register-register yang lain namun memiliki kemampuan untuk menghasilkan variasi dinamik.

Pada register ini, nada-nada yang rendahnya hanya melibatkan otot-otot thyroarytenoid, namun pada saat pitch mulai beranjak naik, cricothyroid mulai terlibat serta dalam aksi penghasilan suara dengan cara memperpanjang pita suara. Disaat ketegangan longitudinal meningkat, glottis akan cendrung untuk membentuk sebuah celah dibagian tengahnya. Untuk menghindari kecendrungan ini, lateral crycoarytenoid harus ikut diaktifkan. Caranya adalah dengan mendorong muscular process pada arytenoid kearah depan. Proses ini dikenal sebagai medial compression.

Sebagai akibat dari merenggang dan meningkatnya ketegangan pada pita suara disaat nada meningkat naik, permukaan bawah pita suara akan terlibat dalam kontak tersebut dan secara bertahap menjadi semakin kecil seiring dengan menipisnya tepian dari pita suara tersebut. Pada saat pita suara terlibat dalam suatu produksi bunyi, ia akan tetap memiliki pola dasar getaran yang sama,namun dengan ekskursi vertikal yang tidak sebesar gerakan menggelombang. Gerakan ini tidak akan terlihat pada  pitch-pitch rendah register modal voice. Dalam situasi seperti ini, pita suara telah mendekati batas kekuatan fisik dari thyroarytenoids internal (otot vocalis), dan untuk menyanyikan nada-nada pada register diatas register modal voice diperlukan sebuah pola fonasi baru.

Seorang penyanyi yang telah terlatih dapat menyanyi dalam wilayah nada lebih dari dua oktaf dengan produksi nada yang tetap konsisten, indah, dengan tingkat dinamik yang beragam dan tetap memiliki kebebasan dalam bernyanyi. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika penyanyi tersebut dapat menghindari adanya pengaturan larynx yang bersifat statis serta menggunakan pengaturan yang sifatnya progresif, mulai dari nada bawah register hingga nada atas.

Kebingungan terhadap istilah yang terdapat dalam kata register akan lebih sering terjadi pada saat seseorang mulai membicarakan register diatasnya (register falsetto). Beberapa penulis menyebut modal voice sebagai “head voice”, sementara yang lainnya menggunakan sebutan tersebut untuk menggambarkan register falsetto. Beberapa istilah telah dibuat untuk menggambarkan adanya perbedaan pada kedua register tersebut. Istilah tersebut adalah register tebal (thick register) untuk menggambarkan modal voice dan register tipis (thin register) untuk menggambarakan register falsetto. Atau ada juga penulis yang menyebutnya dengan heavy register (register berat) untuk modal voice dan light register (register ringan) untuk falsetto.

Meskipun kedua jenis istilah ini dianggap akurat dari segi fungsi pita suara, namun masih saja menyisakan sebuah keraguan. Sebagai contoh: falsetto diistilahkan sebagai register tipis, namun pita suara juga akan menipis saat penyanyi yang bersangkutan menyanyikan nada-nada atas register modal voice. Falsetto diproduksi dengan mekanisme yang ringan, namun hal yang sama juga terjadi pada saat seseorang menyanyikan nada-nada tinggi pada register modal voice. Hingga saat ini beberapa penulis belum dapat menjelaskan dengan pasti apakah tebal dan tipis atau berat dan ringan tersebut berhubungan dengan nada-nada bagian bawah atau bagian atas modal voice maupun falsetto.

Setelah mendengarkan berbagai macam pertunjukan dari banyak penyanyi terkenal, maka penulis menyatakan bahwa kebanyakan penyanyi menyanyi dalam register modal voice. Ia beranggapan bahwa seorang penyanyi baru akan menggunakan register falsettonya untuk dua tujuan utama:
1.   Untuk menyanyikan nada-nada yang sangat tinggi diatas register modal voicenya;
2.   Untuk menyanyikan suatu nada tinggi dengan tingkatan dinamik pianissimo yang sangat sulit dilakukan dengan menggunakan register modal voice.

Tentu saja hal ini menjadi suatu pengecualian bagi jenis penyanyi tertentu seperti pada contratenor dan male alto yang banyak ditemukan di Inggris. Setiap penyanyi harus dapat menyanyi dalam register falsetto serta mengetahui kapan cara menyanyi seperti ini dapat dilakukan ataupun tidak. Untuk penyanyi yang bercita-cita meniti karir sebagai falsettist, ia harus dapat memandang falsetto sebagai satu-satunya cara untuk bernyanyi. Hal ini harus dilakukan untuk mengembangkan wilayah register modal voicenya menjadi lebih luas agar dapat mengembangkan register falsettonya.


Register Falsetto

Register falsetto terletak diatas register modal voice dengan nada-nada terendahnya berada pada bagian atas register modal. Suara falsetto memiliki karakter yang khas dan menyerupai flute yang disertai dengan beberapa overtone.

Karakter ini disebabkan oleh tipe pola vibrasi yang dihasilkan oleh pita suara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, frekuensi getaran pada suara ditentukan oleh panjang, ketegangan dan masa dari pita suara yang bersankutan. Pada saat nada bergerak naik pada register modal voice, pita suara akan memanjang oleh aksi otot-otot cricothyroid, ketegangan akan meningkat oleh adanya resistensi yang terjadi dari tarikan otot-otot vocalis (thyroarytenoid) terhadap crocothyroid, sedangkan massanya akan berkurang seiring dengan menipisnya tepi pita suara.

Dengan kata lain, dalam register modal voice, pita suara terlibat secara keseluruhan dalam menghasilkan suara. Hal tersebut berbeda dalam register falsetto. Pada register ini suara hanya dihasilkan oleh tepi-tepi ligamen pita suara. Disaat terjadi transisi dari modal voice menuju falsetto, pita suara akan melepaskan tekanannya untuk menarik otot-otot cricothyroid sehingga vocal ligament dapat direnggangkan.

Perbedaan antara register modal dan falsetto terletak pada tingkat dan tipe keterlibatan pita suara. Dalam register falsetto hanya tepi-tepi ligamen yang terlibat dalam vibrasi, sementara keseluruhan pita suara berada dalam keadaan rileks; dalam register modal voice, keseluruhan pita suara terlibat dalam suatu gerakan menyerupai gelombang, dengan glottis yang membuka pada bagian bawah kemudian berangsur kebagian atas.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa falsetto tidak dihasilkan dengan cara yang persis sama untuk setiap penyanyi. Beberapa penyanyi membiarkan bagian tulang rawan glottis terbuka (mutation chink), dan hanya menggunakan dua per tiga bagian depan dari pita suaranya. Suara yang dihasilkan untuk cara seperti ini sangat jernih dan menyerupai suara flute, namun suara seperti ini biasanya cendrung sangat lemah dan tidak bertenaga. Penyanyi lain melakukan falsetto dengan cara membiarkan glottisnya membuka dan menutup dalam setiap putarannya (cycle).

Beberapa penyanyi lainnya melakukan apa yang disebut sebagai penampakan damping, yaitu dengan memperkecil bukaan glottis secara bertahap seiring dengan gerak naiknya nada yang dinyanyikan, hingga pada nada tertinggi bukaan tersebut hanya berbentuk sebuah celah sempit. Falsetto yang dilakukan dengan cara mutational chink dianggap sebagai falsetto yang tidak efisien dan lemah, namun informasi tentang kelebihan dan kekurangan kedua cara lainnya sangat sedikit.

Falsetto memiliki variasi dinamik serta kualitas nada yang terbatas dibandingkan dengan register modal. Kebanyakan penyanyi yang telah terlatih setidaknya memiliki wilayah nada satu oktaf yang dapat dinyanyikan baik secara modal voice maupun falsetto. Dalam daerah yang overlapping ini, sebuah nada yang dinyanyikan dengan cara menggunakan modal voice akan terdengar lebih keras dari nada yang sama dalam cara menyanyi falsetto. Jenis getaran pita suara dalam menghasilkan falsetto menghalangi kekuatan dalam menyanyi kecuali dalam nada-nada tertinggi pada register tersebut. Hal tersebut juga membatasi warna suara karena sederhananya pola getaran pita suara yang berbentuk seperti gelombang. Register modal voice mampu menghasilkan bentuk gelombang yang lebih rumit serta variasi warna suara yang tidak terbatas.

Kesimpulan:

Falsetto merupakan register phonasi yang meliputi wilayah frekuensi diatas register modal dengan bagian bawahnya meliputi bagian atas register tersebut. Falsetto dihasilkan oleh tepi-tepi ligamen pita suara, baik secara keseluruhan maupun secara sebagian. Suara yang dihasilkan akan mengandung nafas dan menyerupai suara flute dengan beberapa overtone di dalamnya, serta memiliki batasan dalam variasi dinamik dan kualitas warna suara dibandingkan dengan register modal.

Penggunaan Register Falsetto.
Falsetto memiliki beberapa kegunaan khusus dalam penggunaannya; berikut ini adalah daftar dari beberapa penggunaan falsetto yang sering ditemui:
1.   Dalam paduan suara pria, untuk memudahkan tenor satu (first tenor) dalam memenuhi tuntutan tessitura;
2.   Dalam yodeling;
3.   Untuk kepentingan efek-efek jenaka;
4.   Digunakan oleh beberapa tenor liris, penyanyi folk song, dan lain sebagainya;
5.   Digunakan oleh falsettis;
6.   Untuk menyanyikan nada-nada diatas wilayah register modal voice;
7.   Untuk menyanyikan nada-nada lembut yang sangat sulit dinyanyikan dengan cara menggunakan register modal voice;
8.   Untuk pengembangan suara.

Para komposer seringkali menuliskan nada yang sangat tinggi pada karya-karya bagi paduan suara pria dewasa, terutama pada bagian tenor dengan tujuan untuk memperluas harmoni dan menghindari terjadinya “tabrakan” antar suara. Beberapa orang penyanyi tenor dapat mempertahankan tessitura ini untuk beberapa waktu tanpa menggunakan falsetto dengan pasase-pasase lembut. Falsetto akan terdengar lebih lembut dibandingkan dengan modal voice pada pitch yang sama dan hanya memerlukan usaha fisik yang minim, dan jika dilakukan dengan cara yang benar, falsetto akan menghasilkan efek suara yang indah.

Yodeling merupakan sebuah teknik yang muncul dalam nyanyian dari negara Swis dan pengunungan Tyrolean, serta digunakan pula oleh beberapa penyanyi jenis Country. Teknik ini dicapai dengan cara “memindah-mindahkan” suara diantara register modal dan falsetto. Meskipun tidak terdapat bukti yang dapat menyatakan bahwa teknik yodeling ini berbahaya untuk dinyanyikan, beberapa pengajar vokal menyarankan agar seorang penyanyi tidak terlalu sering menyanyikan teknik yodeling ini jika ia ingin menekuni bidang menyanyi secara “serius”.

Falsetto digunakan untuk menghasilkan efek jenaka dalam opera dan musikal komedi, terutama saat seorang pria menirukan gaya menyanyi seorang wanita. Hal ini tidak perlu dijelaskan lebih lanjut. Falsetto juga digunakan untuk efek suara tertentu yang diinginkan oleh seorang komposer dengan cara menuliskan indikasi penggunaan teknik tersebut dalam partiturnya.

Beberapa tenor liris, terutama yang dikelompokkan sebagai “Irish Tenor” (Whiskey Tenor), menggunakan falsetto untuk menyanyikan seluruh nada-nada tinggi dalam lagu mereka, sehingga menciptakan sebuah produksi modal voice yang ringan dan halus agar dapat dengan mudah melewati fase transisi kedalam register falsetto tanpa harus mengubah kualitas suara yang dihasilkan. Para penyanyi lagu-lagu rakyat dari berbagai etnis juga memadukan teknik falsetto dalam cara menyanyi mereka. Hal tersebut telah lazim pada beberapa daerah seperti di Hawaii, Laut Selatan, Amerika Tengah, Amerika Selatan dll. Sebagai tambahan, teknik falsetto sering digunakan oleh para penyanyi pop dan grup-grup rock, dimana teknik ini digunakan dengan kekuatan dan tarikan yang kuat, dimana hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara yang sifatnya permanen.

Disebabkan oleh kerancuan dalam menentukan jumlah dan nama register, maka kerancuan inipun berimbas pada pemberian nama bagi penyanyi yang menyanyi dengan cara falsetto ini. Male falsettists, merupakan sebutan bagi para penyanyi alto pria (male alto) atau contertenors, namun hal ini mengundang banyak penolakan dalam prakteknya. Seorang penyanyi Castrato dari abad ke-16 merupakan seorang penyanyi alto pria atau soprano pria yang menyanyi dalam register modal voice dalam ukuran mereka. Perubahan suara maskulin normal yang terjadi pada mereka disebabkan oleh pembedahan terhadap testis (buah zakar) mereka. Karenanya, para Castrato tidak dapat didefinisikan sebagai falsettist, namun merupakan penyanyi yang menggunakan modal voice dengan timbre yang unik serta menyertakan kekuatan yang merupakan kombinasi dari sebuah wilayah nada wanita dengan stuktur tubuh pria. Di Inggris, terdapat sebutan pembenaran untuk tidak menyebutkan seorang falsettist pria sebagai alto pria ataupun countertenor:

Pada dasarnya, alto merupakan sebutan untuk suara tinggi pria, dimana seiring dengan penggunaan falsetto yang hampir mencapai wilayah suara wanita (contralto). Tipe suara ini dikenal sebagai contertenor ini dikembangkan di Inggris, dimana musik gereja abad ke-16 dan 17 menggunakan suara jenis ini secara nyata.

Penyanyi Inggris terkemuka, Alfred Deller, yang juga merupakan seorang falsettist. Pada awal karirnya, ia menyatakan dirinya sebagai alto pria dan kemudian ia menyebut dirinya sebagai countertenor. Bangkitnya kembali ketertarikan pada cara menyanyi falsetto muncul disebabkan cara menyanyi Deller yang sangat artistik. Russel Oberlin, seorang countertenor Amerika yang terkenal, tidak mempercayai bahwa kini ataupun dalam sejarah, sebutan countertenor harus diberikan pada para penyanyi falsettis. Ia menyatakan bahwa countertenor memiliki sebuah suara liris tinggi yang tidak biasa, serta menyanyi dalam register modalnya. Diterima ataupun tidak tesis yang telah dibuatnya, akan lebih baik lagi jika kita dapat membandingkan rekaman Oberlin dengan milik Deller, dalam segi timbre ataupun tessituranya.

Sangatlah logis mengasumsikan bahwa penyanyi yang memiliki suara modal yang tinggi pastilah memiliki falsetto yang lebih tinggi dari penyanyi yang memiliki suara modal yang lebih rendah. Terdapat banyak bukti bahwa penyanyi Bass dan Bariton merupakan falsettist yang lebih efektif dibandingkan dengan penyanyi Tenor. Pernyataan yang menyatakan bahwa Henry Purcell merupakan seorang penyanyi Bass dan Countertenor telah banyak diragukan oleh beberapa ahli.

Hingga titik ini pembahasan topik dibatasi pada falsettist pria. Apakah suara wanita mampu menghasilkan falsetto? Beberapa buku mengenai seni menyanyi mengabaikan hal ini, atau membahasnya sambil lalu saja. Beberapa pernyataan mengatagorikan bahwa wanita memiliki suara falsetto. Hal ini memang sulit untuk dipahami, studi mengenai aksi gerak larynx membuktikan bahwa wanita dapat dan mampu memproduksi suara falsetto.

Penjelasan yang memungkinkan untuk menjelaskan kegagalan dalam mengenali suara falsetto wanita adalah fakta bahwa perbedaan dalam timbre dan tingkat dinamik antara register modal dan falsetto sering kali tidak ditegaskan dalam suara wanita dibandingkan dengan hal yang sama pada pria. Ini terjadi karena adanya perbedaan panjang dan massa antara pita suara pada wanita dan pria yang berdampak pada perbedaan wilayah frekuensi suara. Terdapat bukti yang nyata bahwa wanita memiliki sebuah falsetto dan bahwa penyanyi-penyanyi pemula mengganti nada-nada tinggi pada register modalnya dengan falsetto. Ini merupakan jenis menyanyi yang umumnya disukai oleh banyak pelatih paduan suara, namun ini merupakan pendekatan yang salah mengenai suara tinggi.

Sangatlah mudah bagi penyanyi contralto dan mezzo untuk menyanyi dalam falsetto dalam wilayah sopran, sehingga sering kali hal ini menyebabkan mereka disalahklalsifikasikan sebagai sopran.

Wanita yang secara ekslusif menyanyi dalam falsetto sering diidentifikasi sebagai coloratura soprano, sebutan yang sesungguhnya patut dipertanyanyakan, karena ada jenis penyanyi coloratura yang hanya menggunakan sedikit falsetto atau bahkan tidak menggunakan falsetto sama sekali.

Secara teknis, sebutan coloratura mengacu pada gaya hiasan dari penulisan lagu untuk vokal virtuoso yang lazim digunakan pada abad ke-delapanbelas, atau abad ke-sembilanbelas, dan tidak dimaksudkan bagi penyanyi-penyanyi yang menggunakan suara falsetto.

Mungkin sebuah kata harus digunakan untuk menggambarkan kelayakan penggunaan falsetto sebagai cara menyanyi utama seseorang.

Pertama: kesempatan berkarir bagi seorang falsettist sangat terbatas, selain terbatas dalam hal gaya dan periode, musik yang ditulis untuk para falsettist sangatlah sedikit. Untuk menjadi penyanyi yang sukses, seorang falsettist haruslah seorang penyanyi yang memiliki keterampilan yang sangat tinggi.

Kedua: Sebagian besar pendengar akan cepat merasa bosan dengan batasan nada dan dinamik dalam nyanyian falsetto. Kebanyankan pendengar akan mengharapkan keragaman dinamik dan warna-warna nada dari penyanyi yang menggunakan register modal. Memang terdapat beberapa pendengar yang menaruh apresiasi yang besar terhadap para penyanyi falsettist, namun jumlahnya sangat sedikit, terutama diluar Inggris.

Ketiga:  Merupakan hal yang paling penting adalah: adanya kemungkinan bahwa lagu falsetto yang dinyanyikan secara berlebihan dapat berbahaya pita suara. Telah disebutkan sebelumnya bahwa otot-otot cricothyroid dapat menempatkan ketegangan yang besar pada vocal ligamen. Jika aksi penarikan ini terjadi terlalu kuat, dapat terjadi kemungkinan bahwa pita suara akan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke kondisi normalnya. Para laryngologis menyebutnya sebagai: “Pita suara yang mengendur”. Melalui pengamatannya, penulis menyebutkan bahwa penyanyi yang menyanyikan lagu dengan falsetto secara berlebihan dalam jangkan waktu yang sangat lama memiliki kecendrungan untuk mengalami masalah dalam hal vibrasi dan intonasi.

Selain itu, penggunaan falsetto merupakan sesuatu yang bersifat fungsional untuk membantu penyanyi yang menyanyi secara dominan dalam register modal. Tujuannya ialah untuk mensuplai tingkat pitch dan dinamik yang sulit atau mustahil dilakukan dengan menggunakan suara modal, atau untuk memperluas bagian atas wilayah register modalnya. Beberapa pitch yang terdapat di atas batas akhir register modal dapat dinyanyikan dengan cara falsetto jika saja penyanyi yang bersangkutan dapat belajar membuat transisi yang mulus. Keterampilan ini biasanya hanya dapat dicapai oleh penyanyi dengan suara yang tinggi dan liris. Untuk penyanyi dengan suara yang rendah dengan karakter dramatik, transisi menuju falsetto seringkali sangat jelas dan terkadang terdengar aneh.

Beberapa ahli vokal merekomendasikan sebuah teknik menipiskan suara modal serta menurunkan tingkat dinamik sebelum melakukan transisi kedalam register falsetto. Teknik seperti ini sebaiknya hanya dapat digunakan pada pitch-pitch yang terletak sedikit diatas register modal, karena jika digunakan terlalu sering digunakan teknik pada areal register yang bersinggungan (antara register modal dan falsetto), dapat menghilangkan “kekayaan” bunyi serta kecemerlangan suara modal.

Nada pianissimo yang terletak tepat di bawah dan di atas batas register suara modal dapat sangat sulit untuk diproduksi. Hanya penyanyi yang dapat mengatur transisi yang mulus kedalam register falsetto yang dapat memperoleh tambahan kemungkinan ekspresi dalam cara menyanyinya.

Sebagai tambahan untuk teknik yang telah dijelaskan di atas, gerak sliding vocal yang dilakukan secara hati-hati dapat menghasilkan sebuah koneksi yang mulus dengan register falsetto. Gerak sliding seperti ini dapat dihilangkan seiring dengan berkembangnya teknik menyanyi seseorang.

Banyak pengajar vokal yang menyarankan penggunaan latihan falsetto untuk membantu pengembangan bagian atas suara modal. Dalam hal ini, falsetto tidak dimaksudkan sebagai pengganti suara modal, namun hanya sebagai sebuah cara. Tujuan utama dari hal ini adalah membebaskan suara modal serta menguatkannya agar dapat digunakan dalam pertunjukan didepan publik.

Menyanyi dengan cara falsetto dapat mengurangi ketakutan akan nada tinggi, terutama pada penyanyi pria yang menggunakan penyesuaian larynx secara statis dan memiliki kecendrungan untuk memaksa suara modal dengan menggunakan kekuatan otot. Sensasi bebas yang dirasakan dalam menyanyi falsetto dapat mendorong penyanyi tersebut untuk mencoba hal yang sama dengan suara modalnya.

Dan juga terdapat kemungkinan bahwa pelepasan ketegangan pada falsetto dapat mendorong terjadinya pelepasan ketegangan yang tidak perlu pada otot yang sama disaat menyanyi dalam register modal.


Register Whistle (peluit):

Register whistle merupakan register fonasial tertinggi, mencakup wilayah frekuensi dari bagian atas wilayah falsetto wanita. Register ini bermula dari wilayah atas soprano, nada  C6 (104 Hz) hingga mencapai nada C7 (2093 Hz) atau D7 (2349 Hz). Pada anak kecil, register ini dapat mencapai nada G7 tinggi (3136 Hz). Register ini dikenal sebagai nada tertinggi dalam suara wanita menyerupai suara sebuah peluit.
Nama lain yang digunakan untuk menggambarkan register ini adalah: flageolet, flute, small dan superfalsetto. Informasi tentang sifat dasar register ini tidaklah banyak. Margaret Greene menyatakan bahwa register whistle sangat sulit untuk difilmkan, karena epiglotis menutup kebawah mendekati larynx dan ruang resonansinya memiliki dimensi paling kecil.

Walaupun banyak bayi dan anak-anak dapat menghasilkan jenis suara ini tanpa usaha yang kuat, namun beberapa wanita dewasa menemukan kesulitan dalam menghasilkannya. Teknik ini akan menjadi sangat sulit jika tidak terbiasa melakukannya. Beberapa penyanyi seperti Mado Robin dan Ima Sumac, menjadikan register whistle ini sebagai bagian dari teknik menyanyinya.

Anak-anak, baik pria dan wanita seringkali dapat menghasilkan suara whistle ini, begitu pula pada beberapa pria dewasa. Meskipun jenis suara ini dapat diproduksi dengan mudah, mungkin ada baiknya anda tidak melakukan latihan dengan menggunakan jenis suara seperti ini, karena penggunaan suara peluit yang berlebihan dikhawatirkan dapat menimbulkan disfungsi vokal.

Kesimpulan:

Register whistle merupakan register fonasial tertinggi, mencakup wilayah frekuensi tepat diatas register falsetto wanita. Bunyi register ini menyerupai peluit, memiliki sebuah bentuk gelombang sinusoidal sederhana tanpa overtone yang menonjol. Suara jenis ini dihasilkan dengan cara mengalirkan udara melalui bukaan segitiga antara tulang rawan arytenoid. Informasi mengenai register whistle tidak banyak, dibutuhkan banyak penelitian tentang penggunaan serta akibat dari kesalahan penggunaan register ini.

0 komentar: