Menurut saya, dalam bernyanyi tehnik bukanlah menjadi segala-galanya, walaupun tehnik itu sendiri sangat penting dalam menunjang kita bernyanyi. Dengan tehnik yang benar dan baik, kita dapat menyanyi dengan bebas, tidak sakit, terdengar indah, terdengar penuh, powerfull, dapat menyanyikan nada-nada tinggi dan rendah dengan sangat mudah, menyanyikan trill dengan mudah, dan masih banyak lagi ornamen-ornamen vokal yang sulit yang dapat dinyanyikan dengan mudah. Namun disamping memiliki tehnik yang baik, aspek eksternal yang harus dimiliki seorang penyanyi adalah karakter yang baik dan kuat. Mengapa demikian? Karena semakin baik karakter sang penyanyi, semakin baik juga dia menginterpretasi lagu, mendalami kata demi kata, meresapi dan menghargai ambience sebuah aransemen, menghargai sekelilingnya sehingga membuat suasana yang menyenangkan, menghormati sesama pemusik terutama yang mengiringinya sehingga tercipta sebuah keterkaitan emosional yang mengasilkan sebuah efek timbal balik ambience, atau dorongan mood yang membuat sebuah aransemen atau komposisi lagu baru menjadi hidup.
Ini yang saya sebut sebagai sebuah kedalaman menyanyi. Dengan terciptanya kedalaman ini, maka akan sampai sebuah getaran yang membuat penonton ikut merasakan perasaan si penyanyi dan isi lagu. Ada yang bisa membuat mereka bergidik, tertegun, senang, tertawa atau bahkan menangis. Saya banyak belajar dari penyanyi yang bisa dibilang mereka otodidak, dan tidak terlalu mengerti tehnik secara akademik dan keseluruhan, namun dia memiliki kedalaman dan soul yang luar biasa! Soul tidak semata-mata didapat begitu saja, soul dan kedalaman terbentuk dari sebuah proses yang panjang. Dan dibutuhkan kerendahan hati untuk mau mendengar dan belajar dari sekililing. Lingkungan yang baik amat sangat berpengaruh.
Menurut saya, memiliki tehnik yang luar biasa saja namun dia tidak memiliki karakter yang baik, kedalaman dan soul, dia bukanlah penyanyi yang bagus. Dia hanyalah seorang yang gemar menyanyi, namun tidak mengimani seni bernyanyi, dan yang keluar dari nyanyiannya bukanlah apa yang ada dari hatinya.
Milles Davis mengatakan "I feel what i play, and i play what i feel". Begitu juga seorang penyanyi, dia harus merasakan apa yang dinyanyikannya, dan merasakan nyanyiannya sendiri. Saya sendiri bukanlah seorang penyanyi yang sempurna, dan saya sendiri masih banyak yang harus saya pelajari. Saya di didik dari lingkungan musik yang sangat ketat akan disiplin musiknya dan konfensional. Saya banyak melihat penyanyi-penyanyi yang memiliki tehnik luar biasa, dan saya kagum akan itu. Namun ada hal yang mengganjal dari sana. Karenanya saya coba menggabungkan klasik dengan tradisi, bahkan saya sempat bergabung dengan sebuah orkestra yang instrumennya menggunakan alat tradisional. Disana saya harus selalu berimprovisasi, dan tidak ada bagian saya yang di tulis. Disana saya baru benar-benar mendengar dan mau tidak mau harus merasakan permainan musisi yang bermain bersama saya. Kalau tidak demikian saya tidak akan bisa berimprovisasi. Kemudian saya di pertemukan dengan salah seorang legendaris Jazz Asia. Dari beliau lah saya banyak sekali belajar tentang filsafat hidup dan musik. Ternyata banyak sekali yang harus saya pelajari dan resapi. Tidak hanya melulu tehnik dan mengerti sejarah musik, atau membaca buka tentang bagaimana membawakan karya-karya tertentu. Namun saling menghargai, mau mendengarkan, membuka hati dan pikiran adalah cara yang ampuh untuk menjadi penyanyi hebat.
Mungkin bagi beberapa orang ini adalah pengalaman yang sepele, namun bagi saya ini membuka cakrawala pandang saya. Dan sampai sekarang pun saya masih terus berusaha untuk merenunginya dan berusaha untuk memahaminya secara mendalam, karena saya pun bukanlah seorang penyanyi yang sempurna. Semoga sharing ini berguna bagi yang membaca.
4 komentar:
Wow!....keren San blognya...pasti akan sangat bermanfaat tuh...sukses!
amiiieennnn.... makasi ya udah mampir... :) ihihihiii...
Posting Komentar